- PENGERTIAN MANAJEMEN
- DEFINISI MANAJEMEN
istilah manajemen memiliki
berbagai pengertian. Secara universal manajemen adl penggunaan sumberdaya
organisasi utk mencapai sasaran dan kinerja yg tinggi dalam berbagai tipe
organisasi profit maupun non profit.
Definisi manajemen yg dikemukakan oleh Daft (2003:4) sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”. Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Definisi manajemen yg dikemukakan oleh Daft (2003:4) sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”. Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Ø MANAJEMEN
SEBAGAI ILMU DAN SENI
Science adalah sekimpulan pengetahuan yang telah disistemasi, dikumpulkan dan diterima menurut pengertian kebenaran umum, mengenai keadaan suatu subjek dan objek tertentu. Science management (manajemen ilmiah) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang disistemtisasi, dikumpulkan dan diterima menurut pengertian kebenaran-kebenaran universal mengenai manajemen.
Art/seni adalah suatu kreatifitas pribadi yang kuat dan disertai keterampilan. Science mengajarkan orang suatu pengetahuan, sedangkan art/seni mendorong orang untuk berpraktek. Seni-manajemen urang untuk berpraktek. Seni-manajemen meliputi kemampuan untuk melihat totalitas dari bagian-bagian yang terpisah dan berbeda-beda, kemapuan untuk menciptakan suatu gambaran tentang suatu visi tertentu, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau gambaran tentang suatu visi tertentu, kemampuan untuk mengawinkan visi tersebut dengan skill atau kemampuan yang efektif.
Manajer adalah seorang ilmuan dan sekaligus seniman, karena kecuali mengandalkan diri pada ilmu, ia pun harus mempunyai firasat, keyakinan-keyakinan, kreatifitas, dan menguasai cara-cara penerapannya. Karena itu seseoarang yang mempunyai pengetahuan luas tentang manajemen, bisa saja gagal dalam melaksanakan tugasnya sebagi seorang manjeryang kompeten jika ia cenderung seperti peran seorang artis, dan bukan seorang scientist, namun dalam praktek kedua hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan
Perbedaan antara science dan art adalah:
Science Art
1. Berkembang secara teoritis 1. Berkembang secara praktis
2. Membuktikan 2. Merasa
3. Meramalkan 3. Menerka
4. Member defenisi 4. Menguraikan/mengajarkan
5. Memberikan kepastian/ukuran 5. Member pendapat
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu
mengajarkan kita tentang sesuatu, sedangkan seni/art mengajarkan kita bagaimana
sesuatu hal dilakukan.
Scientific mehod adalah suatu approach (pendekatan) yang
tepat terhaap suatu objek ilmu dan tujuan utamanya adalh untuk menambah
pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan scientific Management adalah manajemen
yang menggunakan ilmu (science) dan scientific method.
Scientific management tersebut memilki cirri-ciri sebagai
berikut:
1. Tersusun secara sistematis/teratur
2. Dapat dipelajari dan diajarkan
3. Menggunakan metode-metode ilmiah
4. Dapat dijadikan suatu teori
5. Obyektif-rasional
Scientific manager ialah manajer yang menggunakan
scientific method dalam usaha memimpin kegiatan bawahannya melalui
fungsi-fungsi manajemen. Langkah-langkah menurut metode ilmu adalah:
1. Menentukan proposisi
2. Melakukan pengamatan pertama atas proposisi
3. Menetapkan pemecahan yang dapat dijalankan terhadap
proposisi tersebut
4. Memeriksa proposisi secara menyeluruh dengan
menggunakan pengetahuan yang ada maupun percobaan-percobaan yang diperoleh
5. Mengevaluasi serta menggolongkan data yang diperoleh
6. Menyatakan jawaban-jawaban yang ada diperoleh terhadap
proposisi, melalui metode induktif, maupun metode deduktif
7. Menyelesaikan dan menyatakan jawaban terhadap
proposisi.
2. MANAJEMEN DAN MANAJER
Ø TINGKATAN MANAJEMEN
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi
manajer menjadi tiga golongan yang berbeda :
1. Manajer lini atau manajer pertama
Yaitu tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional, disebut manajemen lini atau manajemen garis pertama (First Line atau first level). Para manajer ini sering disebut dengan kepala atau pimpinan (leader), mandor (foremen), dan penyelia (supervisors). Sebagai contoh adalah mandor dalam pabrik, kepala seksi yang langsung membawahi tenaga pengetik dan pembukuan dalam kantor yang besar, dan penyelia teknik dalam suatu departemen riset.
2. Manajer menengah
Manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi.para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-kadang juga karyawan operasional. Sebutan lainnya dan kadang-kadang juga karyawan operasional. Sebutan lainnya bagi manajer menengah adalah manajer departemen, kepala pengawas (superintendents), dan sebagainya. Sebagai contoh, kepala bagian yang membawahi beberapa kepala seksi, atau kepala sub divisi perusahaan membawahi beberapa kepala bagian.
3. Manajer Puncak
Klasifikasi manajer tertinggi ini terdiri dari kelompok kecil eksekutif. Manajemen bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Sebutan khas bagi manajer puncak adalah direktur, presiden, kepala divisi, wakil presiden senior dan sebagainya.
1. Manajer lini atau manajer pertama
Yaitu tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional, disebut manajemen lini atau manajemen garis pertama (First Line atau first level). Para manajer ini sering disebut dengan kepala atau pimpinan (leader), mandor (foremen), dan penyelia (supervisors). Sebagai contoh adalah mandor dalam pabrik, kepala seksi yang langsung membawahi tenaga pengetik dan pembukuan dalam kantor yang besar, dan penyelia teknik dalam suatu departemen riset.
2. Manajer menengah
Manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi.para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-kadang juga karyawan operasional. Sebutan lainnya dan kadang-kadang juga karyawan operasional. Sebutan lainnya bagi manajer menengah adalah manajer departemen, kepala pengawas (superintendents), dan sebagainya. Sebagai contoh, kepala bagian yang membawahi beberapa kepala seksi, atau kepala sub divisi perusahaan membawahi beberapa kepala bagian.
3. Manajer Puncak
Klasifikasi manajer tertinggi ini terdiri dari kelompok kecil eksekutif. Manajemen bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Sebutan khas bagi manajer puncak adalah direktur, presiden, kepala divisi, wakil presiden senior dan sebagainya.
Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/management/2134248-tingkatan-manajemen/#ixzz1f7W1tusp
Ø FUNGSI-FUNGSI
MANAJEMEN
Ada 4 fungsi utama dalam
manajemen:
1. Perencanaan (Planning),
2. Pengorganisasian (Organizing),
3. Pengarahan (Actuating/Directing),
4. Pengawasan (Controlling)
1. Perencanaan (Planning),
2. Pengorganisasian (Organizing),
3. Pengarahan (Actuating/Directing),
4. Pengawasan (Controlling)
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana
informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak
tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan
rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu
organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana
bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan
menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan
menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
- Menetapkan tujuan dan target bisnis
- Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
- Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
- Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
- Menetapkan tujuan dan target bisnis
- Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
- Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
- Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
Fungsi Pengorganisasian
Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :
- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja
- Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
- Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
- Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
- Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian :
- Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
- Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
- Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis
sumber :
catatankuliahdigital.blogspot.com & id.wikipedia.org
3. EVOLUSI TEORI MANAJEMEN
Ø Teori
Manajeman Klasik
Prinsip Teori Manajemen Aliran Klasik .Awal sekali ilmu manajemen
timbul akibat terjadinya revolusi industri di Inggris pada abad 18. Para
pemikir tersebut rnemberikan perhatian terhadap masalah-masalah manajemen yang
timbul baik itu di kalangan usahawan, industri maupun masyarakat. Para pemikir
itu yang terkenaI antara lain, Robert Owen, Henry Fayol, Frederick W. Taylor
dan lainnya.
Robert Owen adalah orang yang
menentang praktek-praktek memperkerjakan anak-anak usia 5 atau 6 tahun dan
standar kerja 13 jam per hari. Tersentuh dengan kondisi kerja yang amat
menyedihkan itu, beliau mengajukan adanya perbaikan terhadap kondisi kerja ini.
Pada tahun-tahun awal revolusi industri, ketika para pekerja
dianggap instrumen yang tidak berdaya, Owen melihat rneningkatkan kondisi kerja
di pabrik, rnenaikkan usia minimum kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja
karyawan, menyediakan makanan bagi karyawan pabrik, mendirikan toko-toko untuk
menjual keperluan hidup karyawan dengan harga yang layak, dan berusaha
memperbaiki lingkungan hidup tempat karyawan tinggal, dengan membangun
rumah-rumah dan membuat jalan, sehingga lingkungan hidup dan pabrik rnenjadi
menarik. Sebab itu, beliau disebut "Bapak Personal Manajemen
Modern".
Selain itu,
Owen lebih banyak memperhatikan pekerja, karena menurutnya, investasi yang
penting bagi manajer adalah sumber daya manusia. Selain mengenai perbaikan
kondisi kerja, beliau juga rnembuat prosedur untuk meningkatkan produktivitas,
seperti prosedur penilaian kerja dan bersaing juga secara terbuka.
Pada tahun
1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan
produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu
organisasi yang kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran manajemen
yang lebih utuh dalam bentuk cetak biru. Fayol berkeyakinan keberhasilan
para manajer tidak hanya ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya
penggunaan metode manajemen yang tepat. Sumbangan terbesar dari Fayol berupa
pandangannya tentang manajemen yang bukanlah semata kecerdasan pribadi, tetapi
lebih merupakan satu keterampilan yang dapat diajarkan dari dipahami
prinsip-prinsip pokok dan teori umumnya yang telah dirumuskan. Fayol membagi
kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam 6 macam kegiatan :
a. Teknis
(produksi) yaitu berusaha menghasilkan dan membuat barang-barang produksi.
b. Dagang
(Beli, Jual, Pertukaran) dengan tara mengadakan pembelian bahan mentah dan
menjual hasil produksi.
c. Keuangan
(pencarian dan penggunaan optimum atas modal) berusaha mendapatkan dan
menggunakan modal.
d. Keamanan
(perlindungan harga milik dan manusia) berupa melindungi pekerja dan
barang-barang kekayaan perusahaan.
e. Akuntansi dengan adanya
pencatatan dan pembukuan biaya, utang, keuntungan dan neraca, serta berbagai
data statistik.
1. pengembangan manajemen di
lakukan oleh teoritis.
2. investasi terbesar adalah
karyawan
3. tenaga kerja di beri pelatihan
keterampilan sesuai operasi pabrik.
4. karyawan bertanggung jawab atas
pekerjaan tertentu yang berulang.
5. adanya skema pembagian
keuntungan
Ø Teori
prilaku manajemen
Teori
organisasi sebagai ilmu sosial merupakan proses yang sangat kompleks.
Penelitian dalam teori organisasi lebih cenderung menekankan pada permasalahan
subjek, kehidupan sosial anggota organisasi yang bersifat tidak tetap, sulit
diobservasi, dan sulit diukur secara tepat. Hal ini disebabkan karena fenomena
sosial bersifat dinamis, cepat berubah dan berlangsung secara terus menerus
sehingga sulit ddalam membuat kesimpulan. Selama ini metoda penelitian perilaku
organisasi dan teori organisasi menggunakan pendekatn ilmu natural. Kesesuaian
pendekatan ilmu natural sebagai metoda penelitian masih menjadi kontroversi
dalam studi organisasi.
Namun
dilema yang terjadi dapat dikembangkan ke arah yang objektif dengan memperbaiki
dan mengantisipasi sejumlah keseimbangan dan dilema sehingga tetap bermanfaat
bagi pengembangan ilmu organisasi. Kata kunci: teori organisasi, model natural,
dilema, ilmu sosial. Masyarakat ilmiah sendiri merupakan kumpulan orang dengan
nilai, perilaku, dan sikap yang ingin mempertahankan etos ilmiah.Selama ini
metode penelitian perilaku organisasi dan teori organisasi menggunakan
pendekatan ilmu natural. Kesesuaian pendekatan ilmu natural sebagai suatu
metode penelitian dalam perilaku organisasi dan teori organisasi masih menjadi
kontroversi bagi beberapa peneliti dalam studi organisasi.
Masalah
khusus yang dihadapi oleh hasil-hasil penelitian teori organisasi dan perilaku
organisasi cederung memiliki bias dalam mencapai kekedewasaannya. Masalah dalam
ilmu keperilakuan adalah keunikannya yang memberikan kekuatan dan kelemahan
dari pengembangan teori pada pengukuran, dan permasalahan pengumpulan data
serta nilai-nilai pendidikan, dan harapan yang ada di dalamnya. Menurut
Blalock, dilema dan permasalahan di atas dapat dikembangkan ke arah yang
objektif melalui langkah-langkah penting yang dapat memperbaiki dan
mengantisipasi sejumlah keseimbangan dan dilema sehingga bermanfaat. Tiga Teori
yang mendasari individu berperilaku tertentu didalam suatu organisasi.
1. Menurut Herbert Simon
Menurut
Herbert Simon dengan mengembangkan teori perilaku administrasi yaitu
menggambarkan bagaimana kerja struktur organisasi dan dukungan pengambilan
keputusan pada individu dalam organisasi mencapai derjat tertinggi secara
konsisten, disamping kemungkinan terjadinya boundedly rational behavior. Keberadaan organisasi dengan
individu-individu yang ada didalamnya diharapkan mengadopsi dasardasar nilai
organisasi sebagai petunjuk untuk pengambilankeputusan; dasar-dasar nilai
faktual yaitu peraturan dan prosedur sebagai dasar melakukan kegiatan rutin.
Perilaku individu dalam organisasi adalah bersifat rasional karena polihan
perilakunya dibatasi dengan peraturan, dan terkait dengan program-program kerja
organisasi.
Karena
itu asumsi nilai, kerangka kognitif, peraturan, kegiatan rutin, adalah
unsur-unsur yang mengarahkan individu untuk berperilaku rasional. Selanjutnya
teori institusi berkembang pesat tahun 1960 an ketika diperkenlkan konsep
system terbuka dalam studi organisasi (Scott,2001 : xx). Teori system
terbuka distransformasikan melalaui pendekatan yang menekankan pentingnya
konteks lingkungan dalam arti luas yang berpengaruh terhadap perubahan
organisasi.
Konteks
lingkungan tersebut; pertama, menyangkut lingkungan teknis yaitu terkait
dengan system produksi instrumental, transformasi input menjadi output. Kedua,
kekuatan social budaya sebagai lingkungan institusi yang berkembang di tahun
1970 an. Karena itu institusi dapat dilihat sebagai suatu system produksi dan
sebagai system social budaya. Di samping itu karena pengaruh aspek lingkungan
tang semakin komplek, maka teori institusi jugan berkembang sesuai dengan
perkembangan kompleksitas lingkungan. Pandangan beberapa teoritisi sebagaimana
dikemukakan di atas menurutScott menunjukkan bahwa teori institusi dapat
berkembang dalam berbagai disiplin ilmu, karena itu tidak ada teori tunggal
tentang institusi melainkan teori institusi yang ditinjau dari disiplin ilmu
tertentu.
2. Teori perilaku berdasarkan
teori Birokrasi Henry Fayol :
· Teori organisasi klasik menghasilkan tugas manajemen yang
terdiri atas :
- Technical : kegiatan memproduksi produk dan
mengorganisirnya.
- Commercial : kegiatan membeli bahan dan menjual produk.
- Financial : kegiatan pembelanjaan.
- Security : kegiatan menjaga keamanan
- Accountancy : kegiatan akuntansi
· Teori organisasi klasik Henry Fayol ( 1841 –
1925 )
Managerial : melaksanakan fungsi manajemen yang terdiri atas
:
- Planning : kegiatan perencanaan
- Organizing : kegiatan mengorganisasikan
- Coordinating : kegiatan pengkoordinasian
- Commanding : kegiatan pengarahan
- Controling : kegiatan pengawasan
Azas – azas umum Henry Fayol :
- pembagian kerja
- pemusutan wewenang
- azas wewenang
- rantai berkala tanggung jawab
- azas keteraturan
- disiplin
- azas keadilan
- kesatuan perintah
- kestabilan masa
- kesatuan arah jabatan
- azas kepentingan
- inisiatif umum
- azas kesatuan
- pemberian janji yang wajar
3. Teori Organisasi Menurut Max Weber
Pendekatan
yang dilakukan adalah pendekatan psikologis terhadap bawahan, yaitu dengan
mengetahui perilaku individu bawahan sebagai suatu kelompok hubungan manusiawi
untuk menunjang tingkat produktifitas kerja. Sehingga ada suatu rekomendsi bagi
para manajer bahwa organisasi itu adalah suatu sistem sosial dan harus
memperhatikan kebutuhan sosial dan psikologis karyawan agar produktifitasnya
bias lebih tinggi.
Menurut Weber (1948),
organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik Structural :
1. Aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan
prosedur yang distandarkan dan arah tindakan anggota organisasi dalam
pencapaian tugas organisasi. Webermenggambarkan pengembangan rangkaian
kaidah dan panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan aktivitas organisasi.
2. Spesialisasi peran anggota organisasi
memberikan peluang kepada divisi pekerja untuk menyederhanakan aktivitas
pekerja dalam menyelesaikan tugas yang rumit. Dengan memecah tugas-tugas yang
rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut, maka produktivitas pekerja dapat ditingkatkan.
3. Hirarki otoritas organisasi formal dan
legitimasi peran kekuasaan anggota organisasi didasarkan pada keahlian pemegang
jabatan secara individu, membantu mengarahkan hubungan intra personal diantara
anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas organisasi.
4. Pekerjaan personil berkualitas didasarkan
pada kemampuan tehnik yang mereka miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas
yang dibebankan kepada mereka. Para manajer harus mengevaluasi persyaratan
pelamar kerja secara logis, dan individu yang berkualitas dapat diberikan
kesempatan untuk melakukan tugasnya demi perusahaan.
5. Mampu tukar personil dalam peran
organisasi yang bertanggung jawab memungkinkan aktivitas organisasi dapat
diselesaikan oleh individu yang berbeda. Mampu tukar ini menekankan pentingnya
tugas organisasi yang relatif untuk dibandingkan dengan anggota organisasi
tertentu yang melaksanakan tugasnya-tugasnya.
6. Impersonality dan profesionalisme dalam
hubungan intra personil diantara anggota organisasi mengarahkan individu ke
dalam kinerja tugas organisasi. Menurut prinsipnya, anggota organisasi harus
berkonsentrasi pada tujuan organisasi dan mengutamakan tujuan dan kebutuhan
sendiri. Sekali lagi, ini menekankan prioritas yang tinggi dari tugas-tugas organisasi
di dalam perbandingannya dengan prioritas yang rendah dari anggota organisasi
individu.
7. Uraian tugas yang terperinci harus diberikan
kepada semua anggota organisasi sebagai garis besar tugas formal dan tanggung
jawab kerjanya. Pekerja harus mempunyai pemahaman yang jelas tentang keinginan
perusahaan dari kinerja yang mereka lakukan.
8. Rasionalitas dan predictability dalam
aktivitas organisasi dan pencapaian tujuan organisasi membantu meningkatkan
stabilitas perusahaan. Menurut prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan
dengan kaidah dan panduan pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.
. contohnya
: Perusahaan / industri baju dan celana yang teori organisasi lebih cenderung
menekankan pada permasalahan subjek, kehidupan sosial anggota organisasi yang
bersifat tidak tetap, sulit diobservasi, dan sulit diukur secara tepat.
4. Pendekatan Teori Perilaku
Teori
perilaku merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan manusiawi. Pendekatan
ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem sosialnya.
Perilaku dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu:
1) Rasional. Model rasional memusatkan perhatiannya pada
anggota organisasi yang diasumsikan bersifat rasional dan mempunyai berbagai
kepentingan, kebutuhan, motif dan tujuan. Pendukung model ini antara lain, Down
dan Simon
2) Sosiologis. Model ini lebih memusatkan
perhatiannya kepada pengetahuan antropologi, sosiologi dan psikologi. Pendukung
model ini antara lain Bern
3) Pengembangan hubungan manusia. Model
pengembangan hubungan manusia lebih memusatkan perhatiannya kepada tujuan yang
ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut jenis motivasi
agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pendukung model ini antara lain,
Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.
Keterbatasan
dari pendekatan perilaku ini adalah bahwa beberapa ahli manajemen termasuk ahli
perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak sepenuhnya nyata karena berkenaan
dengan manusia yang bersifat unik. Model, teori dan istilah perilaku oleh ahli
perilaku sangat kompleks dan abstrak untuk dipraktekkan para manajer.
Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka ahli-ahli perilaku sering
berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan rekomendasinya pun sulit bagi
manajer untuk memilih dan melaksanakannya.
Ø Teori
Aliran Kuantitatif (Riset Operasi dan Manajemen Sains)
Aliran kuantitatif mulai
berkembang sejak Perang Dunia II. Pada waktu itu Inggris ingin memecahkan
beberapa persoalan yang sangat kompleks dalam perang. Inggris kemudian
membentuk Tim Riset Operasi (Reserch Operation), dipimpin oleh P.M.S Blackett.
Tim ini terdiri dari ahli matematika, fisika, dan ilmuwan lainnya. Inggris
berhasil menemukan terobosan-terobosan penting dari team tersebut. Amerika
Serikat kemudian meniru, membentuk tim riset operasi seperti yang dibentuk
Inggris.
Manajemen operasi merupakan
variasi lain dari pendekatan kuantitatif. Beberapa contoh model manajemen
operasi adalah : pengendalian persediaan seperti EOQ (Economic Order Quantity),
simulasi, analisis break-event, programasi lenier (linear programming).
Ø Sumbangan
Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)
Pendekatan kuantitatif memberikan
sumbangan penting terutama dalam perencanaan dan pengendalian. Pendekatan
tersebut juga membantu memahami persoalan manajemen yang kompleks. Dengan
menggunakan model matematika, persoalan yang kompleks dapat disederhanakan.
Ø Keterbatasan
Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)
Sayangnya model kuantitatif banyak
menggunakan model atau simbol yang sulit dimengerti oleh kebanyakan orang,
termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga tidak melihat persoalan perilaku
dan psikologi manusia dalam organisasi. Meskipun demikian potensi model
kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya. Apabila dapat dikembangkan lebih
lanjut pendekatan kuantitatif akan memberikan sumbangan yang lebih berarti.
sumber : http://syarifhidayat21.blogspot.com/2010/11/evolusi-teori-manajemen.html
sumber : http://syarifhidayat21.blogspot.com/2010/11/evolusi-teori-manajemen.html
- TEORI EVOLUSI MANAJEMEN
Perkembangan teori manajemen pada saat ini telah
berkembang dengan pesat. Tapi sampai detik ini pula Belum ada suatu teori yang
bersifat umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat
diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Para manajemen banyak mengalami
dan menjumpai pandangan-pandangan berbeda tentang manajemen, yang berbeda
adalah dalam penerapannya. Dimana setiap pandangan hanya dapat diterapkan dalam
berbagai masalah yang berbeda pula, sedangkan untuk masalah-masalah yang sama
belum tentu dapat diterapkan.
4.Manajemen Dan Lingkungan Eksternal
Ø Definisi
Lingkungan
Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala
sesuatu disekitar subjek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen
lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan : tanah, udara, air, sumber daya
alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik
sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan
aktifitas merencanakan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya
lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.
Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah
lingkungan yang dihadapi oleh seorang manager. Perbedaan
dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep dan teknik serta
keputusan yang akan diambil
-Faktor Lingkungan Eksternal,
Mikro Dan Makro
Faktor Lingkungan Eksternal yaitu unsur-unsur
yang berada diluar organisasi, dimana unsure-unsur ini tidak dapat dikendalikan
dan diketahui terlebih dahulu oleh manager, disamping itu juga akan
mempengaruhi manager didalam pengambilan keputusan yang akan dibuat.
Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi contohnya yaitu perubahan ekonomi,
paraturan pemerintah, perilaku konsumen, perkembangan teknologi, politik dan
lainnya. Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua yaitu :
Sumber : http://dandyadventures.blogspot.com/2011/11/definisi-lingkungan.html
5.Tanggung Jawab Sosial Manajer
Ø TanggungJawab
Sosial Manajer / Perusahaan
Tanggung jawab sosial
Dalam hubungan bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholder) pada tahap awal diakui bahwa tanggung jawab sosial adalah fungsi pemerintah, bukan tanggung jawab bisnis ataupun perusahaan. Pendapat ini tentunya terjadi pada awal dekade dimana hasil alam masih berlimpah, persaingan industri tidak ketat, dan tuntutan pemangku kepentingan terhadap perusahaan belum tinggi. Dapat dicatata pendapat Friedman dalam Robin, F (2008) hal 232. menuliskan bahwa The business of business is to maximise profits, to earn a good return on capital invested and to be good corporate citizen obeying the law- no more and no less. Sejalan evolusi pada seluruh bidang, termasuk adanya globalisasi, hal demikian berubah drastis.
Dalam perkembangan bisnis baru, diakui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal sebagai Community Social Responsibility (CSR) adalah fungsi perusahaan. Adapun “desakan” untuk itu bersumber dari banyak hal baik karena tekanan global maupun regional. Bilamana dikaitkan fungsi maka ini dilakukan secara sukarela (voluntary) bukan karena adanya paksaan dari luar, utamanya dari pemerintah. Lebih dari itu, pembeda terminologi CSR dengan penerapan sebelumnya terletak kepada fungsi “tanggung jawab ” yang bermakna bahwa CSR sifatnya datang dari perusahaan.
Banyak konsep CSR yang dipubllikasikan, Wibisono (2007) melaporkan CSR bahwa CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontibusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dalam versi World Bank CSR didefinisikan sebagai “the comitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both and good fo business development”
Dalam batasan demikian, maka CSR sesungguhnya merupakan konsep dan program yang menucnul secara sukarela, karena perusahaan menganggap penting sehingga harus diformulasikan sedemikian rupa. Selanjutnya, di dalam konsep CSR terdapat berbagai aspek seperti nilai, kultur, kompetensi, sejarah perusahaan bahkan etika yang dijadikan dasar bertindak oleh seluruh pihak internal manajemen perusahaan .
Isu terkait dengan CSR senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan dinamika dan kesadaran tetang kebutuhan bersama. Isu yang terkait utamnya adalah Good Corporate Governance, Sustainable Development, sampai ke Daya Saing. Bilamana isu ini disimak lebih dalam, maka ditemukan bahwa penerapan CSR saling menopang dengan dimensi-dimensi tersebut. Bila dikatikan dengan corporate governance maka penakanan CSR adalah pelibatan stakeholder dalam tatakelola perusahaan. Semantara itu bila dikaitkan dengan isu keberlanjutan, penekanannya adalah bahwa bisnis yang dapat berkelanjutan apabila didukung oleh pemangku kepentingan. Selanjutnya bila dikaitkan dengan konsep daya saing, maka sisi pelaksanaan CSR adalah dalam rangka membangun daya saing bisnis baik di tingkat regional maupun global (Zadek, 2006)
Dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial, prinsip sederhana yang mendasari perkembangannya adanya satu pengakuan prinsip mutualisme, dimana antara perusahaan dan masyarakat harus hidup berdampingan dan saling memberikan manfaat bersama. Hal ini kemudian diakui oleh bisnis bahwa hanya dengan masyarakat – yang dikenal juga dengan sebutan stakeholder yang kuat – maka bisnis dapat berkembang dengan baik.
Dalam perkembangan yang lebih lanjut, perkembangan teknologi menjadi isu yang paling dominan sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial. Teknologi cloning misalnya telah berkembang demikian pesat, akan tetapi tetap dilaksanakan untuk mengapresiasi keberdaan daripada manusia dan masyarakat. Demikian juga dengan teknologi transgenik di bidang budidaya secara teknologi telah lolos akan tetapi secara sosial dan kemasyarakatan masih terus dipertanyakan. Sesuai dengan penjelasan di atas, fokus diskusi pada studi ini adalah bagaimanakah model pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan dalam presfektif penggunaan hasil penelitian dan teknologi.
Tanggung jawab sosial
Dalam hubungan bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholder) pada tahap awal diakui bahwa tanggung jawab sosial adalah fungsi pemerintah, bukan tanggung jawab bisnis ataupun perusahaan. Pendapat ini tentunya terjadi pada awal dekade dimana hasil alam masih berlimpah, persaingan industri tidak ketat, dan tuntutan pemangku kepentingan terhadap perusahaan belum tinggi. Dapat dicatata pendapat Friedman dalam Robin, F (2008) hal 232. menuliskan bahwa The business of business is to maximise profits, to earn a good return on capital invested and to be good corporate citizen obeying the law- no more and no less. Sejalan evolusi pada seluruh bidang, termasuk adanya globalisasi, hal demikian berubah drastis.
Dalam perkembangan bisnis baru, diakui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal sebagai Community Social Responsibility (CSR) adalah fungsi perusahaan. Adapun “desakan” untuk itu bersumber dari banyak hal baik karena tekanan global maupun regional. Bilamana dikaitkan fungsi maka ini dilakukan secara sukarela (voluntary) bukan karena adanya paksaan dari luar, utamanya dari pemerintah. Lebih dari itu, pembeda terminologi CSR dengan penerapan sebelumnya terletak kepada fungsi “tanggung jawab ” yang bermakna bahwa CSR sifatnya datang dari perusahaan.
Banyak konsep CSR yang dipubllikasikan, Wibisono (2007) melaporkan CSR bahwa CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontibusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dalam versi World Bank CSR didefinisikan sebagai “the comitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both and good fo business development”
Dalam batasan demikian, maka CSR sesungguhnya merupakan konsep dan program yang menucnul secara sukarela, karena perusahaan menganggap penting sehingga harus diformulasikan sedemikian rupa. Selanjutnya, di dalam konsep CSR terdapat berbagai aspek seperti nilai, kultur, kompetensi, sejarah perusahaan bahkan etika yang dijadikan dasar bertindak oleh seluruh pihak internal manajemen perusahaan .
Isu terkait dengan CSR senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan dinamika dan kesadaran tetang kebutuhan bersama. Isu yang terkait utamnya adalah Good Corporate Governance, Sustainable Development, sampai ke Daya Saing. Bilamana isu ini disimak lebih dalam, maka ditemukan bahwa penerapan CSR saling menopang dengan dimensi-dimensi tersebut. Bila dikatikan dengan corporate governance maka penakanan CSR adalah pelibatan stakeholder dalam tatakelola perusahaan. Semantara itu bila dikaitkan dengan isu keberlanjutan, penekanannya adalah bahwa bisnis yang dapat berkelanjutan apabila didukung oleh pemangku kepentingan. Selanjutnya bila dikaitkan dengan konsep daya saing, maka sisi pelaksanaan CSR adalah dalam rangka membangun daya saing bisnis baik di tingkat regional maupun global (Zadek, 2006)
Dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial, prinsip sederhana yang mendasari perkembangannya adanya satu pengakuan prinsip mutualisme, dimana antara perusahaan dan masyarakat harus hidup berdampingan dan saling memberikan manfaat bersama. Hal ini kemudian diakui oleh bisnis bahwa hanya dengan masyarakat – yang dikenal juga dengan sebutan stakeholder yang kuat – maka bisnis dapat berkembang dengan baik.
Dalam perkembangan yang lebih lanjut, perkembangan teknologi menjadi isu yang paling dominan sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial. Teknologi cloning misalnya telah berkembang demikian pesat, akan tetapi tetap dilaksanakan untuk mengapresiasi keberdaan daripada manusia dan masyarakat. Demikian juga dengan teknologi transgenik di bidang budidaya secara teknologi telah lolos akan tetapi secara sosial dan kemasyarakatan masih terus dipertanyakan. Sesuai dengan penjelasan di atas, fokus diskusi pada studi ini adalah bagaimanakah model pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan dalam presfektif penggunaan hasil penelitian dan teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar